‘ADAMUL HIQDI
WAL HASAD
الســــــــــــــــــــلام
علــــيكم ورحمة الله وبـــــركاته
Alhamdulillah,
pada kesempatan ini dengan maksud tidak menggurui, ingin membahas tentang masalah
salah satu penyakit hati yang tercela yaitu dengki dan hasad. Dengan
harapan, semoga kita bisa menghindari penyakit ini. Insya Allah, Amin.
Pokok bahasan:
1. Makna al-hiqd wal-hasad
2. Hukum al-hiqd wal-hasad
3. Tercelanya al-hiqd wal-hasad
4. Sebab-sebab munculnya al-hiqd wal-hasad
5. Tingkatan-tingkatan al-hiqd wal-hasad
6. Akibat dari al-hiqd wal-hasad
7. Terpujinya meninggalkan al-hiqd wal-hasad
8. Kiat menghilangkan al-hiqd wal-hasad
1. Makna hiqdu
dan hasad
Al-hiqdu
(dengki) dan hasad (iri) adalah dua jenis perbuatan yang tercela dan
keduanya merupakan perbuatan hati yang pada awalnya lahir karena marah yang
tidak terkendali sehingga memunculkan dendam kemudian lahir setelahnya dengki
dan hasad.
Marah adalah pangkal dari sifat hiqd dan hiqd
adalah pangkal dari hasad. Keduanya merupakan penyakit hati yang harus
dijauhi oleh orang yang beriman.
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ لَيْسَ بِحُقُوْدٍ فَالْحِقْدُ ثَمْرَةُ الْغَضَبِ
“Orang yang beriman bukanlah
pendengki, dengki merupakan buah dari marah”
Al-hiqdu menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ulumuddin,
adalah hati yang selalu diliputi sifat marah dan enggan untuk menghilangkannya
sehingga melekat dalam dirinya penyakit tersebut.
Al-hiqdu membuat hati seseorang selalu gelisah
terhadap orang yang di dengki, sehingga dengannya melahirkan penyakit al-hasad
yang hatinya selalu tidak senang terhadap nikmat yang didapat orang lain dan
berharap nikmat tersebut hilang darinya atau membenci terhadap orang yang
mendapatkan kenikmatan dan bergembira jika musibah menimpa diri orang yang
dihasadnya.
2. Hukum al-hiqd wal hasad
Hukum al-hiqdu dan al-hasad
adalah haram, karena akan merusak hubungan seseorang dengan saudaranya
seiman. Sifat ini akan menghancurkan perbuatan baik sebagaimana api yang
membakar kayu hingga menjadi abu. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
الحسد
يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
“Al-Hasad memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana
api memakan kayu bakar”.
وقال زكريا عليه السلام: قال الله تعالى: الحاسد عدو لنعمتي متسخط
لقضائي غير راض بقسمتي التي قسمت بين عبادي.
Nabi Zakaria berkata : “Allah SWT berfirman :
Orang yang hasad adalah musuh akan nikmat-Ku, membenci akan keputusan-Ku, tidak
rela dengan pemberian yang Aku berikan diantara hambaku”.
3. Tercelanya sifat al-hiqd wal hasad
Rasulullah SAW mencela sifat al-hiqdu wal hasad. Terutama penyakit al-hasad
yang merupakan buah dari al-hiqdu. Celaan terhadap al hasad
berarti celaan terhadap pangkal yang melahirkan penyakit tersebut, yaitu al hiqd.
Rasulullah SAW bersabda :
۱ ( الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
“Al-Hasad memakan
kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”.
۲
(لا تحاسدوا ولا تقاطعوا
ولا تباغضوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخواناً
“Janganlah kalian saling hasad,
saling memotong, saling marah dan saling benci, namun jadilah hamba Allah yang
bersaudara”
٣
(ثلاث لا ينجو منهن أحد:
الظن والطيرة والحسد، وسأحدثكم بالمخرج من ذلك: إذا ظننت فلا تحقق؛ وإذا تطيرت
فامض، وإذا حسدت فلا تبغ "
“Tiga perkara yang tidak akan memberikan
keselamatan seseorang: prasangka, angan-angan dan al-hasad, dan akan aku
beritahukan jalan keluar dari 3 hal tersebut: Jika kamu berprasangka maka
jangan menurutinya, jika kamu berangan-angan maka lewatkan saja, dan jika kamu
berhasad maka jangan kamu cari-cari”.
٤ (كاد الفقر أن يكون كفراً وكاد الحسد أن يغلب القدر
“Hampir saja kefakiran menjadikan kekufuran, dan
al-hasad mengalahkan takdir”
٥ (إنه سيصيب أمتي داء الأمم " قالوا. وما داء الأمم؟ قال "
الأشر والبطر والتكاثر والتنافس في الدنيا والتباعد والتحاسد حتى يكون البغي ثم
الهرج
“Sesungguhnya umatku akan mengalami penyakit
umat terdahulu, mereka berkata: Apakah penyakit umat terdahulu? Sabda Beliau: “Kejahatan,
berbangga diri, saling membanyak harta, saling berlomba-lomba kehidupan
duniawi, saling berjauhan dan saling hasad sehingga terjadi kedzaliman kemudian
kehancuran”.
٦( أخوف
ما أخاف على أمتي أن يكثر فيهم المال فيتحاسدون ويقتتلون
“Yang paling aku takuti dari umatku adalah
memperbanyak dalam diri kalian harta sehingga saling hasad dan berperang”.
٧ ) استعينوا على قضاء الحوائج بالكتمان فإن كل ذي نعمة محسود
“Mohonlah pertolongan agar mampu menunaikan
hajat dengan sembunyi-sembunyi, karena setiap ada kenikmatan ada yang hasad”
٨ ) " إن لنعم الله أعداء " فقيل ومن هم؟
فقال " الذين يحسدون الناس على ما آتاهم الله من فضله
“Sesungguhnya nikmat-nikmat Allah pasti ada
musuhnya. Dikatakan, “Siapakah mereka ?” Maka Beliau berkata, “Yang selalu
hasad terhadap manusia yang mendapat karunia Allah”.
٩) ستة يدخلون النار قبل الحساب بسنة " قيل يا رسول الله من هم؟
قال " الأمراء بالجور والعرب بالعصبية والدهاقين بالتكبر والتجار بالخيانة،
وأهل الرستاق بالجهالة والعلماء بالحسد .
“Enam perkara yang akan memasukkan manusia
kedalam neraka sebelum dihisab selama setahun. Dikatakan, “Sipakah mereka ya
Rasulallah? Beliau katakan, “Para pejabat yang
dzalim, orang arab yang fanatik, orang sukses yang sombong, pedagang yang
khianat, para pejabat yang bodoh, dan ulama yang hasad”.
4.
Sebab-sebab munculnya al-hiqd wal hasad
1. Al-adawah wal baghdha (permusuhan dan kebencian)
Karena
permusuhan seseorang akan selalu membenci kenikmatan yang dimiliki orang lain
(seterunya), menganggap orang lain adalah musuhnya dan tidak senang pada
kebaikan yang dimiliki. Hal ini tidak terbatas pada harta saja, tapi juga hasad
pada jabatan, sehingga orang tersebut akan senang jika orang yang dihasadnya
jatuh dari jabatannya.
2. At-ta’azzuz (merasa dirinya lebih dari yang lain)
Yaitu merasa memiliki
kelebihan karena harta yang dimiliki sehingga tidak mampu mengendalikan diri dari
sifat berbangga, sombong dan mulia sendiri.
3.
At-ta’ajjub
dan takabbur. (bangga dan sombong)
Merasa memiliki kelebihan
yang banyak dan jabatan yang tinggi sehingga bangga dengan apa yang dimiliki,
seakan-akan orang lain tidak sehebat dirinya.
4.
Al-khauf min fauti al-maqashid al-mahbubah (Takut kehilangan akan tujuan-tujuan yang disukai).
Berharap selalu dalam
keadaan yang baik dan senang, khawatir dan takut jika tidak mampu menggapainya apalagi yang meraihnya adalah orang yang didengkinya.
5.
Hubbu Riyasah
(Cinta jabatan)
Cinta jabatan sehingga
berusaha mempertahankannya walaupun dilakukan dengan cara yang tidak benar dan
melanggar syariat, serta berusaha menjatuhkan atau menjegal orang yang menjadi
rivalnya dalam meraih jabatan tersebut.
6.
Kabtsu an-nafs (jiwa/hati yang jelek)
Hati yang jelek
menyebabkan keruhnya jiwa dalam menerima kebaikan yang datang kepadanya sehingga
terjerumus pada al-hiqd wal hasad.
7.
Al-Bukhlu
(Bakhil/kikir)
Bakhil terhadap nikmat
yang Allah berikan kepadanya, baik harta maupun ilmu sehingga tidak mau
memberikannya kepada orang lain dan tidak sudi kalau orang lain mendapatkannya.
5.
Tingkatan-tingkatan al-hiqd wal hasad
Adapun tingkatan al-hiqdu
wal hasad ada 4 yaitu :
1.
Senang dengan hilangnya kenikmatan yang ada pada orang lain
walaupun nikmat tersebut tidak berpindah kepadanya. Tingkatan ini adalah yang
tercela. Sebagaimana yang difirmankan Allah : " ولا تتمنوا ما فضل الله به بعضكم على
بعض "
2. Senang dengan hilangnya
kenikmatan yang ada pada orang lain dan ingin/berusaha mendapatkannya, seperti
rumah yang mewah, wanita yang cantik atau jabatan. Tingkatan ini juga tercela
namun lebih ringan dari yang pertama.
3. Tidak senang dengan keadaan
dirinya dan berharap agar sama dengan orang lain, dan jika tidak mampu
menyamainya, maka dirinya berharap agar hilang dari orang lain, paling tidak
agar dirinya tidak sederajat dengannya. Tingkatan ini ada yang tercela dan ada
yang tidak tercela.
4. Keinginan dirinya seperti
orang lain, dan jika tidak dicapai maka tidak ingin keadaan tersebut hilang
darinya. Tingkatan ini yang adalah yang paling ringan
dari yang tiga tingkatan sebelumnya.
Adapun derajat al-hiqd yang paling rendah
adalah tingkatan yang tidak menyebabkan dirinya terjerumus pada perbuatan
maksiat, berusaha menyimpannya atau
dipendam dalam hati, dan juga al-hiqd
yang tidak mengarah pada kebencian sehingga tidak menghalangi dirinya untuk
berbuat baik seperti tersenyum, kasih sayang, saling menolong, membantu antar
sesama, dan duduk bersama dalam satu majlis dzikir serta saling bekerja sama
dalam kebaikan, atau tidak mau mendoakan saudaranya, memujinya dalam
kebaikan dan mengajaknya pada perbuatan baik dan solidaritas.
Derajat ini semua hanya mengakibatkan
kurangnya derajat seseorang disisi Allah dan menghalanginya mendapatkan karunia
yang besar dan ganjaran yang berlimpah dari Allah walaupun tidak menyebabkan
dirinya diazab oleh Allah SWT.
6.
Akibat dari al-hiqdu wal hasad
- Berharap hilangnya harta yang
dimiliki orang lain dan senang terhadap musibah yang menimpa saudaranya.
- Membuat hati menjadi keruh dan
sedih/gelisah dengan cobaan yang menimpa dirinya.
- Mencela, mencemooh dan
memutuskan hubungan dengan orang lain.
- Menganggap orang lain lebih
rendah dan hina darinya.
- Suka berbohong dan ghibah serta
suka membuka aib orang lain.
- Menceritakan kebiasaan orang lain
dengan maksud menghinakan dan mencelanya.
- Menyakiti orang lain dengan
kekerasan, bahkan dengan memukul atau yang berhubungan dengan fisik.
- Menghalangi orang lain dalam
menunaikan kewajiban agamanya, seperti membayar hutang, silaturahim dan
menolak kedzaliman.
7. Terpujinya meninggalkan al-hiqdu
wal hasad
Jika
penyakit al hiqdu wal hasad adalah tercela dan haram, sehingga diwajibkan
pada orang yang beriman untuk meninggalkan dan menjauhinya, berusaha menjaga
hatinya agar tidak terjerumus pada penyakit ini, maka orang yang telah mampu
meninggalkan dan menjauhkan dari penyakit al hiqdu wal hasad akan
mendapatkan pujian dan balasan yang sangat besar dari Allah SWT.
Hal ini seperti yang dikisahkan sahabat
Rasulullah SAW yang bernama Anas bin Malik. Saat dia dan para sahabat duduk
bersama Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Akan hadir nanti seseorang calon
penghuni surga”, dia berkata: “Maka muncullah seseorang dari kaum anshar yang lebat jenggotnya dan basah karena bekas wudhu, sendalnya dibawa dengan tangan kirinya lalu mengucapkan
salam, dan keesokan harinya Rasulullah SAW kembali bersabda seperti yang
diucapkan sebelumnya dan muncul orang tersebut, dan begitupun saat hari ketiga
dan muncul orang tersebut. Maka saat Nabi bangun dan orang tersebut pulang,
diikuti oleh Abdullah bin Amru bin al ‘Ash dan
berkata kepadanya : “Aku sedang ada masalah dengan bapakku dan aku bersumpah tidak
akan masuk ke rumahnya/pulang selama tiga hari, jika engkau perkenankan
bolehkah aku tinggal di rumahmu selama tiga hari?” Maka orang tersebut mengizinkannya.
Lalu Abdullah bin Amru menginap dirumah orang tersebut, namun ketika
diperhatikan tidak ada yang lebih darinya kecuali seperti yang lainnya; jika akan
beranjak tidur berdzikir kepada Allah dan berdoa, tidak bangun malam kecuali
hanya sholat fajar, dia menambahkan : aku tidak menemukan sesuatu yang lebih
darinya kecuali ucapannya yang baik, setelah berlalu tiga malam hampir saja aku
merendahkan perbuatan yang dilakukan.
Setelah berlalu tiga malam Abdullah bin Amru
mohon pamit dan berkata: “Wahai hamba Allah sebenarnya aku dan bapakku tidak
ada masalah, namun aku pernah mendengar dari Rasulullah SAW demikian, demikian… maka akupun penasaran dan ingin mengetahui perbuatan yang
anda lakukan namun aku tidak dapatkan darimu sesuatu yang lebih, jadi apa yang
menyebabkanmu demikian? Orang tersebut berkata: “Tidak ada kecuali yang telah
anda lihat.” Saat aku akan pergi, dia memanggilku kembali dan berkata,“Tidak
ada sesuatu kecuali yang anda lihat namun tidak pernah sama sekali dalam diriku
sikap buruk dan hasad terhadap nikmat yang dikaruniakan kepada setiap orang
dari kaum muslimin.” Abdullah berkata: “Itulah yang menyebabkanmu
mendapatkannya dan itu pula yang kami tidak sanggup.”
Dikisahkan bahwa Nabi Musa saat bergegas menghampiri
panggilan Allah beliau melihat di dalam naungan Allah seseorang yang duduk
ditempat itu, beliau berkata : “Sungguh ini adalah merupakan kemuliaan dari
Rabbnya, maka diapun bertanya pada Tuhannya siapa nama orang tersebut, namun
tidak diberitahukan namanya,” dan berkata : “Aku akan beritahukan kepadamu tiga
amalan yang menyebabkan dirinya berada disini” : “Bahwa dia tidak pernah hasad
terhadap nikmat yang Allah anugrahkan kepada manusia sedikitpun, tidak
membangkang pada kedua orang tuanya dan tidak pernah mengadu domba”.
Dan diantara hasad yang terpuji adalah hasad
yang dilatarbelakangi munafasah (berlomba) dalam kebaikan dan kebenaran,
jauh dari saling menjatuhkan, Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT:
وفي ذلك فليتنافس
المتنافسون
“Dan yang demikian
itu, maka berlombalah orang-orang yang berlomba (dalam kebaikan).”
سابقوا إلى مغفرة من ربكم
“Dan berlombalah kalian kepada Ampunan Tuhan
kalian”.
Dan hadits nabi SAW :
لا حسد إلا في اثنتين: رجل
آتاه الله مالاً فسلطه على هلكته في الحق، ورجل آتاه الله تعالى علماً فهو يعمل به
ويعلمه الناس
“Tidak ada hasad kecuali pada dua perkara:
“Seseorang yang diberikan harta lalu dia menggunakannya dalam kebenaran, dan
seseorang yang dianugrahkan ilmu lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya
kepada orang lain.”
Dan dalam hadits nabi yang lain :
مثل هذه الأمة مثل أربعة:
رجل آتاه الله مالاً وعلماً فهو يعمل بعلمه في ماله ورجل آتاه الله علماً ولم يؤته
مالاً فيقول رب لو أن لي مالاً مثل مال فلان لكنت أعمل فيه بمثل عمله فهما في
الأجر سواء - وهذا منه حب لأن يكون له مثل ماله فيعمل ما يعمل من غير حب زوال
النعمة عنه قال - ورجل آتاه الله مالاً ولا لم يؤته علماً فهو ينفقه في معاصي
الله، ورجل لم يؤته علماً ولم يؤته مالاً فيقول لو أن لي مثل مال فلان لكنت أنفقته
في مثل ما أنفقه فيه من العاصي فهما في الوزر سواء فذمه رسول الله صلى الله عليه
وسلم من جهة تمنيه للمعصية لا من جهة حبه أن يكون له من النعمة مثل ما له.
“Perumpamaan umat ini seperti empat hal:
“Sesseorang yang dianugrahkan Allah harta dan ilmu dan dia mengamalkan ilmu dan
hartanya, dan seseorang yang dianugrahkan Allah ilmu dan tidak diberikan harta
yang lebih dan berkata : Wahai Tuhanku jika saja aku diberikan harta seperti
harta fulan maka tentulah aku akan melakukan seperti yang dilakukan fulan. Maka
keduanya mendapatkan ganjaran yang sama, dan ini adalah keecintaan agar menjadi
seseorang yang sama dengan orang lain sehingga bisa melakukan apa yang
dilakukan olehnya tanpa ada niat agar kenikmatan yang dimiliki orang lain
hilang darinya, dan Rasul bersabda lagi : “Dan seseorang yang dianugrahkan
harta namun tidak diberikan ilmu lalu dia menginfakkan harta tersebut pada
kemaksiatan, dan seseorang yang tidak diberikan harta dan ilmu lalu berkata :
“Wahai Tuhan jika saja saya seperti fulan maka aku menggunakan hartaku pada
kemaksiatan seperti yang dia lakukan”. Maka keduanya sama-sama berdosa. Dan
Rasulullah SAW mencelanya karena berangan-angan pada
kemaksiatan bukan karena keinginannya pada harta yang dimilikinya.”
8.
Kiat mengobati penyakit al-hiqdu wal hasad
Setiap
penyakit pasti ada obatnya, begitupun dengan penyakit al hiqdu wal hasad
juga ada obatnya, sehingga setiap orang bisa mengobati dirinya saat merasa
dirinya terjangkit penyakit al hiqdu wal hasad. Adapun kiat untuk
mengobati penyakit al-hiqd wal hasad adalah:
1.
Mengenal penyakit-penyakit hati, terutama penyakit al-hiqdu wal hasad, karena dengan mengenalnya maka akan berusaha menghindar darinya.
2. Berusaha menghindari pangkal penyakit hati dan
sebab-sebabnya.
3. Berteman dengan orang-orang
yang shalih yang bersih dari penyakit al hiqdu wal hasad,
seperti yang dikisahkan pada sahabat Anas tentang ketertarikan Abdullah bin
Amru bin Ash terhadap hamba Allah yang disebutkan Nabi SAW sebagai calon penghuni surga.
4. Berlapang dada dengan
pemberian Allah kepadanya dan tidak iri dengan apa yang Allah anugrahkan kepada
orang lain, namun ikut senang dan gembira terhadapnya, seperti yang diajarkan
Rasulullah SAW dalam haditsnya : “Ya Allah tidak ada kenikmatan
yang Engkau anugrahkan kepada kami dan setiap orang dari makhluk-Mu kecuali
dari-Mu belaka karena itu segalanya hanya Milik-Mu dan puji syukur untuk-Mu”.
5. Mengetahui akibat buruk yang
akan diperoleh dari orang yang memiliki penyakit al-hiqdu wal hasad
6. Memohon kepada Allah agar hatinya dijauhkan dari penyakit al-hiqdu
wal hasad
Seperti dalam doa yang
termaktub dalam surat Al-Hasyr ayat 9:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ
بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ
آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (الحشر10)
“Ya Tuhan kami,
ampunilah dosa kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami, dan
janganlah Engkau jadikan hati kami ada gilla (dengki) terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami
sesungguhnya Engkau adalah Maha Lembut dan Maha Pengasih”.
والســــــــــــــــــــلام
علــــيكم ورحمة الله وبـــــركاته
Rewrited by Murdani bin Abdul Wahab
On Friday,
Maret, 24, 2017 M / Jumadil Tsani, 25, 1438 H
09:00 PM / 21:00 WIB in my private room.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar