Jumat, 24 Maret 2017

Dengki dan Hasad yang Harus di Jauhi

‘ADAMUL HIQDI WAL HASAD


الســــــــــــــــــــلام علــــيكم ورحمة الله وبـــــركاته
Alhamdulillah, pada kesempatan ini dengan maksud tidak menggurui, ingin membahas tentang masalah salah satu penyakit hati yang tercela yaitu dengki dan hasad. Dengan harapan, semoga kita bisa menghindari penyakit ini. Insya Allah, Amin.
Pokok bahasan:
1.      Makna al-hiqd wal-hasad
2.      Hukum al-hiqd wal-hasad
3.      Tercelanya al-hiqd wal-hasad
4.      Sebab-sebab munculnya al-hiqd wal-hasad
5.      Tingkatan-tingkatan al-hiqd wal-hasad
6.      Akibat dari al-hiqd wal-hasad
7.      Terpujinya meninggalkan al-hiqd wal-hasad
8.      Kiat menghilangkan al-hiqd wal-hasad
1.  Makna hiqdu dan hasad
Al-hiqdu (dengki) dan hasad (iri) adalah dua jenis perbuatan yang tercela dan keduanya merupakan perbuatan hati yang pada awalnya lahir karena marah yang tidak terkendali sehingga memunculkan dendam kemudian lahir setelahnya dengki dan hasad.
Marah adalah pangkal dari sifat hiqd dan hiqd adalah pangkal dari hasad. Keduanya merupakan penyakit hati yang harus dijauhi oleh orang yang beriman.
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ لَيْسَ بِحُقُوْدٍ فَالْحِقْدُ ثَمْرَةُ الْغَضَبِ
“Orang yang beriman bukanlah pendengki, dengki merupakan buah dari marah”
Al-hiqdu menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ulumuddin, adalah hati yang selalu diliputi sifat marah dan enggan untuk menghilangkannya sehingga melekat dalam dirinya penyakit tersebut.
Al-hiqdu membuat hati seseorang selalu gelisah terhadap orang yang di dengki, sehingga dengannya melahirkan penyakit al-hasad yang hatinya selalu tidak senang terhadap nikmat yang didapat orang lain dan berharap nikmat tersebut hilang darinya atau membenci terhadap orang yang mendapatkan kenikmatan dan bergembira jika musibah menimpa diri orang yang dihasadnya.
2.  Hukum al-hiqd wal hasad
Hukum al-hiqdu dan al-hasad adalah haram, karena akan merusak hubungan seseorang dengan saudaranya seiman. Sifat ini akan menghancurkan perbuatan baik sebagaimana api yang membakar kayu hingga menjadi abu. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
“Al-Hasad memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”.
وقال زكريا عليه السلام: قال الله تعالى: الحاسد عدو لنعمتي متسخط لقضائي غير راض بقسمتي التي قسمت بين عبادي.
Nabi Zakaria berkata : “Allah SWT berfirman : Orang yang hasad adalah musuh akan nikmat-Ku, membenci akan keputusan-Ku, tidak rela dengan pemberian yang Aku berikan diantara hambaku”.

3.  Tercelanya sifat al-hiqd wal hasad
Rasulullah SAW mencela sifat al-hiqdu wal hasad. Terutama penyakit al-hasad yang merupakan buah dari al-hiqdu. Celaan terhadap al hasad berarti celaan terhadap pangkal yang melahirkan penyakit tersebut, yaitu al hiqd.
Rasulullah SAW bersabda :
۱  ( الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
“Al-Hasad memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”.
 ۲  (لا تحاسدوا ولا تقاطعوا ولا تباغضوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخواناً
“Janganlah kalian saling hasad, saling memotong, saling marah dan saling benci, namun jadilah hamba Allah yang bersaudara”
 ٣  (ثلاث لا ينجو منهن أحد: الظن والطيرة والحسد، وسأحدثكم بالمخرج من ذلك: إذا ظننت فلا تحقق؛ وإذا تطيرت فامض، وإذا حسدت فلا تبغ "
“Tiga perkara yang tidak akan memberikan keselamatan seseorang: prasangka, angan-angan dan al-hasad, dan akan aku beritahukan jalan keluar dari 3 hal tersebut: Jika kamu berprasangka maka jangan menurutinya, jika kamu berangan-angan maka lewatkan saja, dan jika kamu berhasad maka jangan kamu cari-cari”.
 ٤  (كاد الفقر أن يكون كفراً وكاد الحسد أن يغلب القدر
“Hampir saja kefakiran menjadikan kekufuran, dan al-hasad mengalahkan takdir”
 ٥  (إنه سيصيب أمتي داء الأمم " قالوا. وما داء الأمم؟ قال " الأشر والبطر والتكاثر والتنافس في الدنيا والتباعد والتحاسد حتى يكون البغي ثم الهرج
“Sesungguhnya umatku akan mengalami penyakit umat terdahulu, mereka berkata: Apakah penyakit umat terdahulu? Sabda Beliau: “Kejahatan, berbangga diri, saling membanyak harta, saling berlomba-lomba kehidupan duniawi, saling berjauhan dan saling hasad sehingga terjadi kedzaliman kemudian kehancuran”.
٦(  أخوف ما أخاف على أمتي أن يكثر فيهم المال فيتحاسدون ويقتتلون
“Yang paling aku takuti dari umatku adalah memperbanyak dalam diri kalian harta sehingga saling hasad dan berperang”.
 ٧ )  استعينوا على قضاء الحوائج بالكتمان فإن كل ذي نعمة محسود
“Mohonlah pertolongan agar mampu menunaikan hajat dengan sembunyi-sembunyi, karena setiap ada kenikmatan ada yang hasad”
 ٨ )  " إن لنعم الله أعداء " فقيل ومن هم؟ فقال " الذين يحسدون الناس على ما آتاهم الله من فضله
“Sesungguhnya nikmat-nikmat Allah pasti ada musuhnya. Dikatakan, “Siapakah mereka ?” Maka Beliau berkata, “Yang selalu hasad terhadap manusia yang mendapat karunia Allah”.

٩)   ستة يدخلون النار قبل الحساب بسنة " قيل يا رسول الله من هم؟ قال " الأمراء بالجور والعرب بالعصبية والدهاقين بالتكبر والتجار بالخيانة، وأهل الرستاق بالجهالة والعلماء بالحسد .
“Enam perkara yang akan memasukkan manusia kedalam neraka sebelum dihisab selama setahun. Dikatakan, “Sipakah mereka ya Rasulallah? Beliau katakan, “Para pejabat yang dzalim, orang arab yang fanatik, orang sukses yang sombong, pedagang yang khianat, para pejabat yang bodoh, dan ulama yang hasad”.
4.      Sebab-sebab munculnya al-hiqd wal hasad
1.      Al-adawah wal baghdha (permusuhan dan kebencian)
Karena permusuhan seseorang akan selalu membenci kenikmatan yang dimiliki orang lain (seterunya), menganggap orang lain adalah musuhnya dan tidak senang pada kebaikan yang dimiliki. Hal ini tidak terbatas pada harta saja, tapi juga hasad pada jabatan, sehingga orang tersebut akan senang jika orang yang dihasadnya jatuh dari jabatannya.
2.      At-ta’azzuz (merasa dirinya lebih dari yang lain)
Yaitu merasa memiliki kelebihan karena harta yang dimiliki sehingga tidak mampu mengendalikan diri dari sifat berbangga, sombong dan mulia sendiri.
3.      At-ta’ajjub dan takabbur. (bangga dan sombong)
Merasa memiliki kelebihan yang banyak dan jabatan yang tinggi sehingga bangga dengan apa yang dimiliki, seakan-akan orang lain tidak sehebat dirinya.
4.      Al-khauf min fauti al-maqashid al-mahbubah (Takut kehilangan akan tujuan-tujuan yang disukai).
Berharap selalu dalam keadaan yang baik dan senang, khawatir dan takut jika tidak mampu menggapainya apalagi yang meraihnya adalah orang yang didengkinya.
5.      Hubbu Riyasah (Cinta jabatan)
Cinta jabatan sehingga berusaha mempertahankannya walaupun dilakukan dengan cara yang tidak benar dan melanggar syariat, serta berusaha menjatuhkan atau menjegal orang yang menjadi rivalnya dalam meraih jabatan tersebut.
6.      Kabtsu an-nafs (jiwa/hati yang jelek)
Hati yang jelek menyebabkan keruhnya jiwa dalam menerima kebaikan yang datang kepadanya sehingga terjerumus pada al-hiqd wal hasad.
7.      Al-Bukhlu (Bakhil/kikir)
Bakhil terhadap nikmat yang Allah berikan kepadanya, baik harta maupun ilmu sehingga tidak mau memberikannya kepada orang lain dan tidak sudi kalau orang lain mendapatkannya.
5.      Tingkatan-tingkatan al-hiqd wal hasad
Adapun tingkatan al-hiqdu wal hasad ada 4 yaitu :
1.      Senang dengan hilangnya kenikmatan yang ada pada orang lain walaupun nikmat tersebut tidak berpindah kepadanya. Tingkatan ini adalah yang tercela. Sebagaimana yang difirmankan Allah  : " ولا تتمنوا ما فضل الله به بعضكم على بعض "
2.      Senang dengan hilangnya kenikmatan yang ada pada orang lain dan ingin/berusaha mendapatkannya, seperti rumah yang mewah, wanita yang cantik atau jabatan. Tingkatan ini juga tercela namun lebih ringan dari yang pertama.
3.      Tidak senang dengan keadaan dirinya dan berharap agar sama dengan orang lain, dan jika tidak mampu menyamainya, maka dirinya berharap agar hilang dari orang lain, paling tidak agar dirinya tidak sederajat dengannya. Tingkatan ini ada yang tercela dan ada yang tidak tercela.
4.      Keinginan dirinya seperti orang lain, dan jika tidak dicapai maka tidak ingin keadaan tersebut hilang darinya. Tingkatan ini yang adalah yang paling ringan dari yang tiga tingkatan sebelumnya.
Adapun derajat al-hiqd yang paling rendah adalah tingkatan yang tidak menyebabkan dirinya terjerumus pada perbuatan maksiat, berusaha menyimpannya atau dipendam dalam hati, dan juga al-hiqd yang tidak mengarah pada kebencian sehingga tidak menghalangi dirinya untuk berbuat baik seperti tersenyum, kasih sayang, saling menolong, membantu antar sesama, dan duduk bersama dalam satu majlis dzikir serta saling bekerja sama dalam kebaikan, atau tidak mau mendoakan saudaranya, memujinya dalam kebaikan dan mengajaknya pada perbuatan baik dan solidaritas.
Derajat ini semua hanya mengakibatkan kurangnya derajat seseorang disisi Allah dan menghalanginya mendapatkan karunia yang besar dan ganjaran yang berlimpah dari Allah walaupun tidak menyebabkan dirinya diazab oleh Allah SWT.
6.      Akibat dari al-hiqdu wal hasad
  1. Berharap hilangnya harta yang dimiliki orang lain dan senang terhadap musibah yang menimpa saudaranya.
  2. Membuat hati menjadi keruh dan sedih/gelisah dengan cobaan yang menimpa dirinya.
  3. Mencela, mencemooh dan memutuskan hubungan dengan orang lain.
  4. Menganggap orang lain lebih rendah dan hina darinya.
  5. Suka berbohong dan ghibah serta suka membuka aib orang lain.
  6. Menceritakan kebiasaan orang lain dengan maksud menghinakan dan mencelanya.
  7. Menyakiti orang lain dengan kekerasan, bahkan dengan memukul atau yang berhubungan dengan fisik.
  8. Menghalangi orang lain dalam menunaikan kewajiban agamanya, seperti membayar hutang, silaturahim dan menolak kedzaliman.
7.      Terpujinya meninggalkan al-hiqdu wal hasad
Jika penyakit al hiqdu wal hasad adalah tercela dan haram, sehingga diwajibkan pada orang yang beriman untuk meninggalkan dan menjauhinya, berusaha menjaga hatinya agar tidak terjerumus pada penyakit ini, maka orang yang telah mampu meninggalkan dan menjauhkan dari penyakit al hiqdu wal hasad akan mendapatkan pujian dan balasan yang sangat besar dari Allah SWT.
Hal ini seperti yang dikisahkan sahabat Rasulullah SAW yang bernama Anas bin Malik. Saat dia dan para sahabat duduk bersama Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Akan hadir nanti seseorang calon penghuni surga”, dia berkata: “Maka muncullah seseorang dari kaum anshar yang lebat jenggotnya dan basah karena bekas wudhu, sendalnya dibawa dengan tangan kirinya lalu mengucapkan salam, dan keesokan harinya Rasulullah SAW kembali bersabda seperti yang diucapkan sebelumnya dan muncul orang tersebut, dan begitupun saat hari ketiga dan muncul orang tersebut. Maka saat Nabi bangun dan orang tersebut pulang, diikuti oleh Abdullah bin Amru bin al ‘Ash dan berkata kepadanya : “Aku sedang ada masalah dengan bapakku dan aku bersumpah tidak akan masuk ke rumahnya/pulang selama tiga hari, jika engkau perkenankan bolehkah aku tinggal di rumahmu selama tiga hari?” Maka orang tersebut mengizinkannya. Lalu Abdullah bin Amru menginap dirumah orang tersebut, namun ketika diperhatikan tidak ada yang lebih darinya kecuali seperti yang lainnya; jika akan beranjak tidur berdzikir kepada Allah dan berdoa, tidak bangun malam kecuali hanya sholat fajar, dia menambahkan : aku tidak menemukan sesuatu yang lebih darinya kecuali ucapannya yang baik, setelah berlalu tiga malam hampir saja aku merendahkan perbuatan yang dilakukan.
Setelah berlalu tiga malam Abdullah bin Amru mohon pamit dan berkata: “Wahai hamba Allah sebenarnya aku dan bapakku tidak ada masalah, namun aku pernah mendengar dari Rasulullah SAW demikian, demikian… maka akupun penasaran dan ingin mengetahui perbuatan yang anda lakukan namun aku tidak dapatkan darimu sesuatu yang lebih, jadi apa yang menyebabkanmu demikian? Orang tersebut berkata: “Tidak ada kecuali yang telah anda lihat.” Saat aku akan pergi, dia memanggilku kembali dan berkata,“Tidak ada sesuatu kecuali yang anda lihat namun tidak pernah sama sekali dalam diriku sikap buruk dan hasad terhadap nikmat yang dikaruniakan kepada setiap orang dari kaum muslimin.” Abdullah berkata: “Itulah yang menyebabkanmu mendapatkannya dan itu pula yang kami tidak sanggup.”
Dikisahkan bahwa Nabi Musa saat bergegas menghampiri panggilan Allah beliau melihat di dalam naungan Allah seseorang yang duduk ditempat itu, beliau berkata : “Sungguh ini adalah merupakan kemuliaan dari Rabbnya, maka diapun bertanya pada Tuhannya siapa nama orang tersebut, namun tidak diberitahukan namanya,” dan berkata : “Aku akan beritahukan kepadamu tiga amalan yang menyebabkan dirinya berada disini” : “Bahwa dia tidak pernah hasad terhadap nikmat yang Allah anugrahkan kepada manusia sedikitpun, tidak membangkang pada kedua orang tuanya dan tidak pernah mengadu domba”.
Dan diantara hasad yang terpuji adalah hasad yang dilatarbelakangi munafasah (berlomba) dalam kebaikan dan kebenaran, jauh dari saling menjatuhkan, Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT:
وفي ذلك فليتنافس المتنافسون
“Dan yang demikian itu, maka berlombalah orang-orang yang berlomba (dalam kebaikan).”
سابقوا إلى مغفرة من ربكم
“Dan berlombalah kalian kepada Ampunan Tuhan kalian”.
Dan hadits nabi SAW :
 لا حسد إلا في اثنتين: رجل آتاه الله مالاً فسلطه على هلكته في الحق، ورجل آتاه الله تعالى علماً فهو يعمل به ويعلمه الناس
“Tidak ada hasad kecuali pada dua perkara: “Seseorang yang diberikan harta lalu dia menggunakannya dalam kebenaran, dan seseorang yang dianugrahkan ilmu lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.”
Dan dalam hadits nabi yang lain :
مثل هذه الأمة مثل أربعة: رجل آتاه الله مالاً وعلماً فهو يعمل بعلمه في ماله ورجل آتاه الله علماً ولم يؤته مالاً فيقول رب لو أن لي مالاً مثل مال فلان لكنت أعمل فيه بمثل عمله فهما في الأجر سواء - وهذا منه حب لأن يكون له مثل ماله فيعمل ما يعمل من غير حب زوال النعمة عنه قال - ورجل آتاه الله مالاً ولا لم يؤته علماً فهو ينفقه في معاصي الله، ورجل لم يؤته علماً ولم يؤته مالاً فيقول لو أن لي مثل مال فلان لكنت أنفقته في مثل ما أنفقه فيه من العاصي فهما في الوزر سواء فذمه رسول الله صلى الله عليه وسلم من جهة تمنيه للمعصية لا من جهة حبه أن يكون له من النعمة مثل ما له.
“Perumpamaan umat ini seperti empat hal: “Sesseorang yang dianugrahkan Allah harta dan ilmu dan dia mengamalkan ilmu dan hartanya, dan seseorang yang dianugrahkan Allah ilmu dan tidak diberikan harta yang lebih dan berkata : Wahai Tuhanku jika saja aku diberikan harta seperti harta fulan maka tentulah aku akan melakukan seperti yang dilakukan fulan. Maka keduanya mendapatkan ganjaran yang sama, dan ini adalah keecintaan agar menjadi seseorang yang sama dengan orang lain sehingga bisa melakukan apa yang dilakukan olehnya tanpa ada niat agar kenikmatan yang dimiliki orang lain hilang darinya, dan Rasul bersabda lagi : “Dan seseorang yang dianugrahkan harta namun tidak diberikan ilmu lalu dia menginfakkan harta tersebut pada kemaksiatan, dan seseorang yang tidak diberikan harta dan ilmu lalu berkata : “Wahai Tuhan jika saja saya seperti fulan maka aku menggunakan hartaku pada kemaksiatan seperti yang dia lakukan”. Maka keduanya sama-sama berdosa. Dan Rasulullah SAW mencelanya karena berangan-angan pada kemaksiatan bukan karena keinginannya pada harta yang dimilikinya.”
8.      Kiat mengobati penyakit al-hiqdu wal hasad
Setiap penyakit pasti ada obatnya, begitupun dengan penyakit al hiqdu wal hasad juga ada obatnya, sehingga setiap orang bisa mengobati dirinya saat merasa dirinya terjangkit penyakit al hiqdu wal hasad. Adapun kiat untuk mengobati penyakit al-hiqd wal hasad adalah:
1.  

Mengenal penyakit-penyakit hati, terutama penyakit al-hiqdu wal hasad, karena dengan mengenalnya maka akan berusaha menghindar darinya.
2.        Berusaha menghindari pangkal penyakit hati dan sebab-sebabnya.
3.     Berteman dengan orang-orang yang shalih yang bersih dari penyakit al hiqdu wal hasad, seperti yang dikisahkan pada sahabat Anas tentang ketertarikan Abdullah bin Amru bin Ash terhadap hamba Allah yang disebutkan Nabi SAW sebagai calon penghuni surga.
4.     Berlapang dada dengan pemberian Allah kepadanya dan tidak iri dengan apa yang Allah anugrahkan kepada orang lain, namun ikut senang dan gembira terhadapnya, seperti yang diajarkan Rasulullah SAW dalam haditsnya : “Ya Allah tidak ada kenikmatan yang Engkau anugrahkan kepada kami dan setiap orang dari makhluk-Mu kecuali dari-Mu belaka karena itu segalanya hanya Milik-Mu dan puji syukur untuk-Mu”.
5.   Mengetahui akibat buruk yang akan diperoleh dari orang yang memiliki penyakit al-hiqdu wal hasad
6.     Memohon kepada Allah agar hatinya dijauhkan dari penyakit al-hiqdu wal hasad
Seperti dalam doa yang termaktub dalam surat Al-Hasyr ayat 9:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (الحشر10)
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami, dan janganlah Engkau jadikan hati kami ada gilla (dengki) terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau adalah Maha Lembut dan Maha Pengasih”.


والســــــــــــــــــــلام علــــيكم ورحمة الله وبـــــركاته
Rewrited by Murdani bin Abdul Wahab
On Friday, Maret, 24, 2017 M /  Jumadil Tsani, 25, 1438 H  
 09:00 PM / 21:00 WIB in my private room.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar